Kali ini saya membawa beberapa bab yang ada dalam novel Ocean Breeze.
Sekadar bocoran bagi yang belum membaca.
Happy Reading! :)
Prolog
Ocean hanya diam saat
Gerald Lewis, pengacara yang ditunjuk ibunya, membacakan wasiat untuknya. Semua
perkataan lelaki muda awal 30 tahunan berwajah tampan, berambut cokelat pendek,
dan selalu berpenampilan rapi itu sama sekali tidak masuk ke dalam telinganya.
Ibunya, Tiara Magdalena, baru saja dimakamkan pagi
tadi. Ia akhirnya menyerah pada takdir setelah sekian tahun berjuang melawan
kanker hati yang dideritanya. Saat ini Ocean tak bisa memikirkan apa yang akan
dilakukannya setelah kematian sang ibu. Ia tinggal hanya berdua bersama sang
ibu seumur hidupnya yang masih muda. Ayahnya entah siapa dan di mana.
Di usia 16 tahun, yang artinya masih di bawah umur,
Ocean tahu Dinas Sosial tak akan membiarkannya hidup sendiri meski ia tahu ia
mampu. Peraturan menegaskan ia harus tinggal di bawah perwalian, entah itu
keluarga, teman orangtuanya, atau—jika beruntung—orangtua yang bersedia
mengadopsinya.
Ibunya imigran dari Asia Tenggara dan sama sekali
tidak mempunyai keluarga, baik di Amerika maupun di negara asalnya. Dan Ocean
tahu ibunya juga tak punya banyak teman. Ibunya bekerja keras untuk menghidupi
mereka berdua dan menabung untuk kuliahnya nanti, dan tak punya banyak waktu
untuk bersosialisai. Kalaupun ada beberapa teman ibunya yang dengan penuh kasih
sayang memeluk dan menghiburnya ketika ibunya meninggal, mempersiapkan
pemakaman, serta memasak hidangan bagi para pelayat yang datang ke rumahnya,
Ocean yakin tak ada seorang pun yang bersedia menjadi walinya, paling tidak
sampai ia berusia 18 tahun. Dan untuk adopsi, hampir mustahil ada orangtua yang
mau mengadopsi anak seusianya. Kebanyakan lebih suka mengadopsi yatim piatu
yang masih berusia di bawah delapan tahun.
Ocean sudah siap menerima kemungkinan besar ia harus
tinggal di panti asuhan yang ditunjuk oleh Dinas Sosial kota tempat tinggalnya.
Tapi sebuah kalimat yang meluncur dari mulut Gerald Lewis membuat Ocean menganga.
“Pardon me?”
tanya Ocean. Mungkin saja ia salah dengar.
Gerald Lewis balik menatapnya.
“Apa?”
“Apa yang Anda katakan tadi? Aku
akan tinggal bersama….”
“Ayahmu.”
“A-ayah?” Mata hijau gadis cantik berambut hitam
panjang dan berwajah Asia itu menatap bingung.
“Ya,” pengacara itu mengangguk. “Ayah kandungmu,
Brian Walker.” Gerald Lewis kemudian menerangkan bahwa hal itu tertera jelas dalam surat wasiat Tiara Magdalena.
Mulut Ocean terbuka seperti hendak berkata-kata,
tapi langsung menutup kembali. Ia tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia
bahkan tak tahu harus berpikir apa. Sejak berusia 10 tahun, Ocean sudah
berusaha menerima kenyataan bahwa ia tak mempunyai ayah dengan berat hati. Tapi
kini tiba-tiba sebuah nama yang diklaim sebagai ayah kandungnya muncul.
Haruskah ia merasa senang?
“Jadi, kuharap kau segera bersiap-siap, karena kita
akan terbang ke Miami satu minggu lagi.” Mr. Lewis terus
melakukan tugasnya tanpa memedulikan reaksi bingung dan terkejut di wajah
Ocean.
Ya, dia hanya melakukan tugas. Dan tugasnya hanya
membacakan wasiat Tiara Magdalena, bukan mencermati perubahan wajah Ocean dan
mendalami perasaannya.
“Se-seminggu
lagi? Miami?”
A.N : Prolog dulu, ya, sementara! Bab berikutnya menyusul.
See ya! :*
3 komentar:
kak msih lama ya Novel Ocean Breeze terbit?
Hehe... udah terbit kok, Say :)
Kalo gal nemu di toko buku, coba di toko buku online aja.
Masih ada kok ^^
Posting Komentar