Handi
melongok ke dalam lemari es. Tangannya sibuk membolak-balik isi lemari es di
dapur. Tangannya sampai menjangkau ke bagian terdalam. Tapi dia tak menemukan
yang dia cari. “Perasaan, gue kemarin naruh sisa pizza deh, di sini. Kok, nggak
ada ya?” Handi bertanya pada dirinya sendiri.
Sekali
lagi dilongoknya isi lemari es, tapi dia benar-benar tak menemukan makanan yang
dia cari. Dengan putus asa, Handi menutup pintu lemari es. Uh… padahal perutnya
udah kerucukan. Seharian tadi dia sama sekali nggak makan di kampus. Maklum,
akhir bulan gini duit cekak.
“Kenapa
Bro?” tanya Melky, teman satu kost-nya yang baru pulang dari kampus. “Kayaknya
lemes bener?”
“Iya
nih, laper banget,” sahut Handi sambil memegangi perutnya. “Perasaan, kemarin
malem gue nyisain pizza di kulkas, tapi sekarang udah nggak ada.”
“Pizza?
Jadi pizza itu punya lo?” tanya Melky surprise.
Handi
menatap temannya. “Lo tau?” tanya Handi.
“Kalau
pizza sih, udah dimakan Ferdy tadi pagi,” sahut Melky.
“Ah…
sialan tuh anak! Kebiasaan deh, ngembat apa aja yang dilihat!” sungut Handi.
“Hehe…
prinsipnya kan, semua yang ada di dalam kost ini milik bersama,” sahut Melky.
“Lagian, elu! Udah tahu disini ada makhluk macam gitu, masih aja naruh makanan
berharga di kulkas,” sambung Melky.
“Yeah…
abis… mau taruh dimana lagi…?” balas Handi. “Lagian apa gunanya ada kulkas
kalau nggak bisa dibuat nyimpen makanan?” tambahnya.
“Hehe…
iya juga sih,” sahut Melky. “Tapi lama-lama nyebelin juga ya, si Ferdy itu!”
“Yeah…
mau gimana lagi? Emang wataknya kayak gitu. Diingetin juga percuma, nggak
ngefek! Gini deh, nasib jadi anak kost. Harus bisa beradaptasi dengan berbagai macam
karakter manusia,” balas Handi.
“Iya
juga, sih,” gumam Melky. “Ya udah, kalau laper cari makanan sono…! Banyak kok,
yang jualan di depan tuh!”
“Masalahnya,
gue nggak punya duit nih buat beli makanan. Kiriman belum dateng,” balas Handi.
“Pizza itu aja, kemarin dapet dari traktiran.”
“Kacian…!!
Udah sana, ambil persediaan mie instan gue,” ujar Melky.
“Bener
Bro…?” tanya Handi surprise.
“Iya…”
“Thank’s banget ya, Bro…! Lo emang sohib
terbaik gue!” seru Handi happy.
“Lebay…!
Biasa aja kaleee…!” balas Melky seraya ngeloyor pergi.
***
Sepulang
dari kuliah, Ferdy langsung menuju lemari es di dapur. Biasa… mau ngacak-ngacak
persediaan makanan teman-temannya. Kebiasaan buruk yang suka bikin kesel
teman-temannya. Tapi Ferdy cuek aja. Menurutnya, kalau tinggal bersama, ya
semua untuk bersama. Termasuk makanan.
Oke…
nggak ada salahnya emang, berbagi dengan teman. Tapi kalau hobinya ngembat
punya orang nggak bilang-bilang macam Ferdy kan, ya males banget. Mending kalau
minta izin dulu. Tapi Ferdy selalu merasa nggak perlu minta izin teman-temannya
untuk mengembat jatah makan mereka. Ya… karena prinsip Ferdy itu, semua untuk
bersama. Jadi, Ferdy merasa apa pun yang dimiliki teman-temannya, terutama makanan,
itu milkinya juga. Jadi dia berhak ngambil makanan itu kapan aja dia mau.
Ironisnya,
prinsip Ferdy itu nggak diimbangi dengan timbal balik untuk teman-temannya.
Coz, dia nggak pernah mau berbagi apa pun sama teman-temannya. Ferdy nggak
pernah sekali pun menyediakan makanan untuk dimakan bersama teman-temannya.
Padahal, sebagai anak kost, makanan adalah barang yang sangat berharga.
Bener-bener parasit tuh anak. Untung aja teman-temannya semua baik. Nggak ada
satu pun yang berniat balas dendam atau ngerjain Ferdy biar tau rasa. Mereka
udah terbiasa dan cuek dengan kelakuan Ferdy. Mereka dengan ikhlas menerima
kekurangajaran temannya itu.
“Huft…
tumben banget ya, kulkas sepi gini? Apa anak-anak pada nyembunyiin makanannya?”
tanya Ferdy pada dirinya sendiri setelah menengok isi lemari es yang hampir
kosong. Cuma ada beberapa minuman saja di situ, sama sekali nggak ada makanan.
Sekali
lagi Ferdy melongok ke dalam isi lemari es. Dilihatnya ada sebotol susu tak
bertuan, teronggok sendirian di pojokan rak lemari es. Tanpa pertimbangan,
diambilnya botol susu itu. Lumayan, bisa ngilangin haus. Apalagi susu kan salah
satu minuman favoritnya.
Langsung
dibukanya tutup botol susu itu. Seketika, di tenggaknya minuman favoritnya itu.
Tapi baru beberapa saat minum, Ferdy merasa ada yang aneh sama susu yang dia
minum. “Kok, rasanya rada-rada asem ya?” pikir Ferdy heran. “Ah… mungkin emang
ini susu fermentasi,” pikir Ferdy lagi dengan cueknya. Dihabisin lah, susu
dalam botol itu tanpa peri kemanusiaan. Tetep cuek meski rasanya rada-rada
aneh.
***
Sekali
lagi Ferdy berlari-lari menuju toilet. Teman-temannya sampai heran. Dalam
setengah jam aja, udah hampir sepuluh kali Ferdy bolak-balik ke toilet.
“Eh,
lo tau nggak, tuh anak kenapa?” tanya Handi pada Melky yang lagi santai baca
majalah barunya.
“Kebanyakan
makan, kali!” sahut Melky cuek.
“Hehe…
bisa jadi, sih. Secara dia kan hobi ngembat makanan orang,” sahut Miko.
“Iya
juga ya,” gumam Handi.
Tak
lama, orang yang diomongin akhirnya keluar dari toilet. Masih tetap memegang
perutnya, Ferdy berjalan menghampiri teman-temannya.
“Lo
kenapa?” tanya Handi langsung.
“Tau,
nih! Perut gue bermasalah,” sahut Ferdy.
“Salah
makan kali lo, ya?” tanya Miko.
Ferdy
mengangkat bahu. “Tau, deh! Perasaan, gue makannya biasa aja deh!” balas Ferdy.
“Biasa
ngembat, maksudnya!” sahut Melky tanpa berpaling sedikit pun dari majalahnya.
Ferdy
cuma nyengir denger komentar Melky. Emang bener sih, yang diomongin Melky.
Jadi, Ferdy juga nggak tersinggung.
“Woi…
ada yang tau keberadaan sebotol susu di sini nggak??!!” Deny tiba-tiba berseru
dari arah dapur.
Teman-temannya
yang pada ngumpul di ruang tengah langsung melangkah menghampiri Deny di dapur.
“Ada
apa sih, Bro? Heboh amat?” tanya Miko langsung.
“Ada
yang tau tentang sebotol susu di sini, nggak?” Deny mengulangi pertanyaannya.
“Susu
apaan sih?” tanya Handi bingung.
“Kalau
susu yang ada di botol, gue yang minum tadi sore,” sahut Ferdy. “Karena nggak
ada tulisan pemiliknya, ya gue minum aja. Abis haus banget,” ujarnya lagi tanpa
dosa.
“Ha…??
lo minum susu itu??!!” tanya Deny histeris.
“Iya,
kenapa? Susu itu berharga banget ya? Sorry deh kalo gitu. Ntar gue ganti deh,”
balas Ferdy.
“Bukannya
berharga, gitu. Tapi… susu itu udah gue taruh kulkas sejak 2 bulan yang lalu.
Dan rasa-rasanya udah expired. Gue
lupa belum sempet buang,” sahut Deny. “Lo nggak apa-apa minum susu itu?” tanya
Deny kemudian.
“What?? Jadi susu itu udah
kadaluawarsa?!” seru Ferdy kaget. “Pantes rasanya aneh,” gumamnya kemudian.
“Lha,
elo! Udah tau rasanya aneh, masih diminum juga!” ujar Melky.
“Yeah…
gue pikir, itu minuman susu fermentasi,” sahut Ferdy.
Tawa
teman-temannya meledak. “Dasar dudul…!!! Mana ada susu fermentasi botol gede
gitu?!” seru Handy.
“Lagian,
rasanya kan beda…!” tambah Miko.
“Pantes…
dari tadi perut gue mules terus,” keluh Ferdy seraya ngacir lagi ke toilet.
Tawa
temen-temannya makin membahana di seluruh penjuru rumah kost cowok itu.
“Makanya,
jangan asal main embat aja…! Liat-liat dulu…! Kena batunya lo sekarang!” seru
Melky tanpa rasa kasihan. Sementara Ferdy meratapi nasibnya di toilet. Ugh…
sial!
~~~
Cepi R. Dini
0 komentar:
Posting Komentar