Prolog
Abrar
menggesek-gesekkan sepatu ke tanah. Sudah lima belas menit lebih ia duduk di
bawah pohon flamboyan raksasa di taman belakang sekolah. Matahari sudah semakin
condong ke arah barat dan sekolah juga mulai sepi. Namun, orang yang
ditunggunya belum juga menampakkan diri.
Tiga
menit kemudian, seorang cewek mungil berwajah kecil berhias kacamata muncul di
taman. Rambutnya yang dikucir berayun-ayun seiring laju langkahnya. Jelas bukan
orang yang ditunggu Abrar.